Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah Lengkap Kerajaan Sunda Galuh (Pajajaran): Pendiri, Kejayaan, Keruntuhan dan Peninggalannya

Sejarah Lengkap Kerajaan Sunda Galuh (Pajajaran): Pendiri, Kejayaan, Keruntuhan dan Peninggalannya

Ocehan Sejarah - Kerajaan Sunda Galuh adalah nama dari 2 kerajaan yakni Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Kerajaan ini terbentuk akibat dari perpecahan yang terjadi pada tubuh Kerajaan Tarumanegara. Perpecahan tersebut merupakan imbas dari keinginan Tarusabawa sebagai raja terakhir kerajaan Tarmunagara yang ingin mengganti nama kerajaan Tarumanagara menjadi kerajaan Sunda sehingga membuat Wretikandayun keberatan dan berniat untuk memisahkan diri dari kepemimpinan Tarusabawa yang kemudian membentuk suatu kerajaan yang disebut Kerajaan Galuh.

Nah, untuk lebih jelasnya simak ulasannya berikut ini yah teman-teman..

Sejarah Awal Mula Kerajaan Sunda Galuh / Pajajaran

Sepertihalnya yang telah dikatakan pada awal artikel bahwa asal muasal kerajaan Sunda Galuh adalah akibat dari perpecahan Kerajaan Tarumanagara, rupanya ada hal menarik yang perlu teman-teman ketahui mengenai bagaimana sebenranya Kerajaan Sunda Galuh ini.

Berdirinya Kejaraan Sunda Galuh tidak lain juga keran dukungan Kerajaan Kalingga di Jawa Tengah. Ketika Wretikandayun menuntut kepada Tarusbawa supaya wilayah Tarumanagara dipecah dua, pihak Wretikandayun mendapat dukungan langsung dari Maharani Shima (Ratu Kalingga). Dukungan ini karena putera mahkota Galuh bernama Mandiminyak, berjodoh dengan Parwati puteri dari Ratu Kalingga tersebut. Dalam posisi lemah dan ingin menghindari perang saudara, Tarusbawa menyetujui tuntutan Galuh. Pada tahun 670 M, wilayah Tarumanagara dipecah sebagai dua kerajaan; yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sbg batasnya.

Berdasarkan peninggalan sejarah seperti prasasti dan naskah kuno, ibu kota Kerajaan Sunda berada di daerah yang sekarang menjadi kota Bogor, sedangkan ibu kota Kerajaan Galuh adalah kota Kawali di Kabupaten Ciamis.

Cerita awal muala bersatunya kembali 2 kerajaan adalah karena putera mahkota wafat mendahului Tarusbawa, maka anak wanita dari putera mahkota (bernama Tejakancana) diangkat sebagai anak sekaligus pewaris tahta kerajaan. Suami puteri ini adalah cicit dari Wretikandayun yang bernama Rakeyan Jamri, yang dalam tahun 723 menggantikan Tarusbawa sebagai Raja Sunda ke-2. Sebagai penguasa Kerajaan Sunda ia dikenal dengan nama Prabu Harisdarma dan setelah menguasai Kerajaan Galuh dikenal dengan nama Sanjaya.

Ibu dari Sanjaya yaitu Sanaha, cucu Ratu Shima dari Kalingga, di Jepara. Ayah dari Sanjaya yaitu Bratasenawa / Sena / Sanna, Raja Galuh ketiga, teman dekat Tarusbawa. Sena adalah cucu Wretikandayun dari putera bungsunya, Mandiminyak, raja Galuh kedua (702-709 M). Sena pada tahun 716 M dikudeta dari tahta Galuh oleh Purbasora. 

Purbasora dan Sena adalah saudara satu ibu, namun lain ayah. Pada saat dikudeta, Sena dan keluarganya menyelamatkan diri ke Sundapura, pusat Kerajaan Sunda, dan menginginkan bantuan pada Tarusbawa. 

Suatu kisah yang ironis memang, disatu sisi Wretikandayun, kakek Sena, sebelumnya menuntut Tarusbawa sebagai membedakan Kerajaan Galuh dari Tarumanegara / Kerajaan Sunda. Dikemudian hari, Sanjaya yang menjadikan penerus Kerajaan Galuh yang sah dengan bantuan Tarusabawa menyaerang Kerajaan Galuh untuk melengserkan Purbasora. 

Setelah itu Purbasora dikalahkan, Sanjaya diangkat sebagai Raja Kerajaan Sunda Galuh. Sanjaya ketika itu menjadi penguasa Kerajaan Sunda, Kerajaan Galuh dan Kerajaan Kalingga (setelah Ratu Shima mangkat).

Sebagai ahli waris Kerajaan Kalingga, Sanjaya menjadi penguasa Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi Mataram (Mataram Kuno) pada tahun 732 M. Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada puteranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban. Ia yaitu kakak seayah Rakai Panangkaran, putera Sanjaya dari Sudiwara puteri Dewasinga Raja Kalingga Selatan atau Bumi Sambara.

Nah demikainlah tadi kisah panjang penyatuan kembali 2 kerajaan yang sempat dipisahkan yang kemudian disatukan kembali oleh Sanjaya sebagai Raja Kerajaan Sunda Galuh.

Pendiri dan Raja-Raja Kerajaan Sunda Galuh

Dilansir dari web id.wikipedia.org berikut ini daftar lengkap raja-raja yang pernah berkuasa di kerajaan Galuh :
  1. Wretikandayun (Rahiyangta ri Menir, 612-702)
  2. Mandiminyak atau Prabu Suraghana (702-709)
  3. Sanna atau Séna/Sannaha (709-716)
  4. Purbasora (716-723)
  5. Rakeyan Jambri/Sanjaya, Rakai Mataram/Harisdarma (723-732); Galuh bersatu dengan Sunda
  6. Tamperan Barmawijaya (732-739)
  7. Sang Manarah (739-746)
  8. Rakeyan ri Medang (746-753)
  9. Rakeyan Diwus (753-777)
  10. Rakeyan Wuwus (777-849)
  11. Sang Hujung Carian (849-852)
  12. Rakeyan Gendang (852-875)
  13. Dewa Sanghiyang (875-882)
  14. Prabu Sanghiyang (882-893)
  15. Prabu Ditiya Maharaja (893-900)
  16. Sang Lumahing Winduraja (900-923)
  17. Sang Lumahing Kreta (923-1015)
  18. Sang Lumahing Winduraja (1015-1033)
  19. Rakeyan Darmasiksa (1033-1183)
  20. Sang Lumahing Taman (1183-1189)
  21. Sang Lumahing Tanjung (1189-1197)
  22. Sang Lumahing Kikis (1197-1219)
  23. Sang Lumahing Kiding (1219-1229)
  24. Aki Kolot (1229-1239)
  25. Prabu Maharaja (1239-1246)
  26. Prabu Bunisora (1357-1371)
  27. Mahaprabu Niskala Wastu Kancana (1371-1475)
  28. Dewa Niskala (1475-1483)
  29. Ningratwangi (1483-1502)
  30. Jayaningrat (1502-1528)
  31. maharaja cipta sanghyang di galuh ( 1528-1595 )
Atau menurut Naskah Wangsakerta daftar lengkap raja-raja yang bertahta di Kerajaan Galuh antara lain:
  1. Sang Wretikandayun (534-592) Saka (S)/ (612/3-670/1) M (Masehi) sebagai Raja Galuh.
  2. Sang Mandiminyak/ Suraghana (624-631) Saka/ (702/3-709/10) M.
  3. Sang Senna atau Sanna, 631-638 Saka/ (709/10-716/7) M.
  4. Sang Purbasura (638-645) Saka/ (716/7-723/4) M.
  5. Sang Sanjaya, Rakai Mataram (645-654) Saka/ (723/4-732/3) M, sebagai Maharaja Galuh dan Sunda.
  6. Sang Tamperan (654-661) Saka/ (732/3-739/40) M sebagai Maharaja Galuh dan Sunda.
  7. Sang Manarah (661-705) Saka/ (740-784), sebagai penguasa Galuh.
  8. Sang Manisri (705-721) Saka/ (783/4-799/800) Masehi sebagai raja Galuh.
  9. Sang Tariwulan (721-728) Saka/ (799/800-806/7) sebagai raja Galuh.
  10. Sang Welengsa (728-735) Saka (806/7-813/4) M sebagai raja Galuh.
  11. Prabhu Linggabhumi (735-774) Saka/ (813/4-852/3) M sebagai raja Galuh.
  12. Danghyang Guru Wisuddha (774-842) Saka/ (852/ 3-920/1) M sebagai ratu Galuh.
  13. Prabhu Jayadrata (843-871) S/ (921/2-949/50 M sebagai ratu Galuh.
  14. Prabhu Harimurtti (871-888) S/ (949/50-966/7) M.
  15. Prabhu Yuddhanagara (888-910) S/ (966/7-988/9) M sebagai ratu Galuh.
  16. Prabhu Linggasakti (910-934) S/ (988/9-1012/3) M sebagai ratu Galuh.
  17. Resiguru Dharmmasatyadewa (934-949) S (1012/3-1027/8) M sebagai raja Galuh.
  18. Prabhu Arya Tunggalningrat (987-1013) S/ (1065/6-1091/2) M sebagai raja wilayah Galuh.
  19. Resiguru Bhatara Hyang Purnawijaya (1013-1033) S/ (1091-1111) M sebagai ratu Galuh.
  20. Bhatari Hyang Janawati (1033-1074) S/ (1111/2-1152/3) M sebagai ratu Galuh dengan ibukota Galunggung.
  21. Prabhu Dharmmakusuma (1074-1079) S/ (1152/3-1157/8) M sebagai maharaja Galuh dan Sunda.
  22. Prabu Guru Darmasiksa (1097-1219) S/ (1157/8-1297/8) M sebagai maharaja Galuh dan Sunda.
  23. Rakeyan Saunggalah (1109-1219) S/ (1167/8-1297/8) M sebagai ratu Galuh, (1219-1225) S/ (1297/8-1303/4) M menjadi Maharaja Galuh dan Sunda.
  24. Maharaja Citragandha (1225-1233) S/ (1303/4¬-1311/2) M sebagai Maharaja Galuh dan Sunda.
  25. Maharaja Linggadewata (1233-1255) S/ (1311/2-1333/4) M sebagai Maharaja Galuh dan Sunda.
  26. Maharaja Ajiguna (1255-1262) S/ (1333/4-1340/1) M sebagai Maharaja Galuh dan Sunda.
  27. Maharaja Ragamulya (1262-1272) S/ (1340/1¬-1350/1) M sebagai Maharaja Galuh dan Sunda.
  28. Maharaja Linggabhuwana (1272-1279) S/ (1350/1-1357/8 M sebagai Maharaja Galuh dan Sunda.
  29. Mangkubhumi Suradhipati (1279-1293) S/ (1357/8-1371/2) M, Maharaja Galuh dan Sunda .
  30. Mahaprabu Niskala Wastu Kancana (1293-1397) S/ (1371/2¬-1475/6), penguasa Galuh dan Sunda.
  31. Dewa Niskala atau Ningrat Kancana (1397-1404) S/ (1475/6-1482/3 M, sebagai raja Galuh.
  32. Prabhu Ningratwangi (1404-1423) S/ (1482/3-1501/2) M, sebagai ratu Galuh mewakili kakaknya, Sri Baduga Maharaja penguasa Galuh dan Sunda.
  33. Prabhu Jayaningrat (1423-1450) S/ (1501/2-1528/9) M Prabhu Jayaningrat bukan ratu Galuh terakhir, dan kerajaan Galuh tidak ditaklukkan oleh Kerajaan Cirebon namun Kawali tidak jadi pusat Kerajaan Galuh tetapi berpindah ke Galuh Salawe Pangauban di Cimaragas, Ciamis.
  34. Maharaja Cipta Sanghyang di Galuh Salawe ( 1528-1595 ) di Cimaragas, Ciamis. Masa Kerajaan Galuh berakhir di jaman Mataram 1595 saat itulah raja raja di seluruh pulau Jawa termasuk galuh di turunkan statusnya menjadi kebupatian oleh Mataram.
  35. Prabu Cipta Permana (1595-1618) M raja Kerajaan Galuh terakhir? Dapat pula dilihat dalam Daftar Bupati Ciamis dimana Adipati Panaekan (1618 - 1625) M sebagai bupati Galuh pertama (Kerajaan Galuh jadi Kabupaten Galuh sampai tahun 1914) atau Ciamis (nama Kabupaten Ciamis sejak 1916 zaman bupati Aria Sastrawinata yang menjabat tahun 1914 - 1935).

Masa Kejayaan Kerajaan Sunda Galuh

Kerajaan galuh memasuki masa kejayaan ketika kembali bersatu dengan kerajaan sunda. Kedua kerajaan tersebut bersatu berkat peran Sanjaya sebagai ahli waris asli dari kerajaan galuh. Selain sebagai pewaris tahta kerajaan galuh ternyata ia pula sebagai ahli waris dari kerajaan kalingga.

Sebagai ahli waris Kerajaan Kalingga, Sanjaya menjadi penguasa Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi Mataram (Mataram Kuno) pada tahun 732 M. Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada puteranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban. Ia yaitu kakak seayah Rakai Panangkaran, putera Sanjaya dari Sudiwara puteri Dewasinga Raja Kalingga Selatan atau Bumi Sambara.

Masa Keruntuhan Kerajaan Sunda Galuh

Tercatat bahwa Kerajaan Pajajaran ini runtuh pada tahun 1579. Keruntuhan Pajajaran lebih banyak disebabkan oleh penyerangan yang dilakukan oleh Kasultanan Banten. Selain itu, keruntuhan ini ditandai oleh tahta atau singgasana Raja yang disebut Palangka Sriman Sriwacana dibawa oleh pasukan Maulana Yusuf dari Kerajaan Pajajaran ke Kraton Surosowan.

Pemboyongan singgasana raja ini dilakukan sebagai tradisi sekaligus sebagai tanda bahwa tidak mungkin ada raja baru lagi yang bisa dinobatkan di Kerajaan Pajajaran. Akhirnya, Maulana Yusuf lah yang berkuasa di wilayah-wilayah Kerajaan Sunda. Jika Anda menengok bekas Kraton Surosowan di Banten, maka Anda bisa melihat terdapat reruntuhan Palang Sriman Sriwacana yang telah diboyong oleh Maulana Yusuf. Reruntuhan batu tersebut di sebut oleh masyarakat Banten sebagai Watu Gilang yang berarti berseri atau mengkilap.

Peninggalan Sejara

Kerajaan Sunda Galuh (Pajajaran) juga meninggalkan sejumlah jejak peninggalan dari masa lalu, seperti:
  1. Naskah-naskah babad
  2. Prasasti Batu Tulis, Bogor
  3. Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi
  4. Prasasti Kawali, Ciamis
  5. Prasasti Rakyan Juru Pangambat
  6. Prasasti Horren
  7. Prasasti Astanagede
  8. Tugu Perjanjian Portugis (padrao), Kampung Tugu, Jakarta
  9. Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor
  10. Kitab cerita Kidung Sundayana dan Cerita Parahyangan
  11. Berita asing dari Tome Pires (1513) dan Pigafetta (1522)

Post a Comment for "Sejarah Lengkap Kerajaan Sunda Galuh (Pajajaran): Pendiri, Kejayaan, Keruntuhan dan Peninggalannya"