Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah Lengkap Kerajaan Tarumanegara: Pendiri, Kejayaan, Keruntuhan dan Peninggalannya

Ocehan Sejarah - Sejarah Kerajaan Tarumanegara akan dibahas pada artikel kali ini. Jika Kerajaan Kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia, maka Kerajaan Tarumanegara adalah Kerajaan Hindu pertama sekaligus tertua di Pulau Jawa. Kerajaan ini sudah ada sejak abad ke-5 Masehi Loh teman-teman. Oke teman-teman berikut  ini ulasannya.

Sejarah Awal Mula Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Tarumanagara yang merupakan kerajaan tertua di Pulau Jawa berkuasa di wilayah barat tepatnya di Jawa Barat sejak tahun 400 - 700 Masehi. Kerajaan Tarumanagara merupakan salah satu kerajaan Hindu tebesar di Nusantara. Hal itu terlihat dari banyaknya peninggalan disekitar lokasi kerajaan yang berupa artefak-artefak sejarah yang menunjukkan bahwa kerajaan ini menganut kepercayaan Hindu yang menyembah Dewa Wisnu.

Nama Kerajaan Tarumanagara berasal dari kata "Taruma" dan "Nagara". Taruma berasal dari kata tarum yang artinya sungai yang membelah Jawa Barat yaitu sungai Citarum. Sedangkan Nagara yang artinya adalah Kerajaan atau negara. Jadi, menurut bahasa Tarumanagara adalah suatu kerajaan yang terletak di dekat sungai citarum. Pada muara Citarum, di temukan beberapa percandian yang menurut penelitian, percandian tersebut adalah peninggalan kerajaan Tarumanagara. Percandian itu adalah Percandian Batujaya dan Percandian Cibuya.

Pendiri dan Raja-Raja Kerajaan Tarumanagara
Berbicara mengenai pendiri kerajaan Tarumanagara, sampai sekarang masih menjadi teka-teki. Pasalnya, tidak ada catatan sejarah ataupun prasasti yang mengemukakan mengenai siapa sebenarnya pendiri kerajaan ini. Dalam catatan sejarah hanya disebutkan bahwa ada raja yang sangat terkenal kala itu yang bernama Raja Purnawarman.

Sang Raja Purnawarman terkenal karena kedermawanannya. Pada saat kepemimpinannya, sang raja memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga yang kini lebih dikenal sebagai kali bekasi. Penggalian itu dilakukan sepanjang kurang lebih 11 km. Setelah penggalian selesai, sang raja menyedekahkan 1000 ekor sapi untuk para brahmana sebagai bentuk kesyukuran atas selesainya penggalian tersebut.

Adapun raja-raja yang pernah menduduki tahta Kerajaan Tarumanagara adalah sebagai berikut :
  1. Jayasingawarman
  2. Dharmayawarman
  3. Purnawarman
  4. Wisnuwarman
  5. Indrawarman
  6. Candrawarman
  7. Suryawarman
  8. Kertawarman
  9. Sudhawarman
  10. Haringsawarman
  11. Nagajayawarman
  12. Linggawarman
  13. Tarusabawa
Masa Kejayaan Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Tarumanagara berdasarkan catatan sejarah, memperoleh masa kejayaan sejak pemerintahan Raja Purnawarman. Raja yang terkenal akan kedermawanannya ini, naik tahta menggantikan ayahnya Maharaja Dharmayawarman.

Selama masa pemerintahannya, Raja Purnawarman telah menaklukan kerajaan-kerajaan lain di Jawa Barat, yang belum tunduk kepada kekuasaan Tarumanagara. Semua musuh yang dia hadapi selalu dikalahkan dengan mudah. Raja Purnawarman juga terkenal sebagai raja yang pemberani dan menguasai berbagai ilmu dan siasat berperang, yang menjadikan dirinya, sebagai seorang raja yang perkasa dan sangat disegani. Sang raja ini mendapat gelar Harimau Tarumanagara karena tidak ada satupun senjata musuh yang dapat melukainya. Hal tersebut karena setiap peperangan ia selalu mengenakan baju pelindung dari besi yang menutupi dari kepala sampai ke kaki. Bukan hanya soal pakaian pelindung, ia juga sangat tangkas dalam medan peperangan.

Pada masa pemerintahan Raja Purnawarman juga bertindak sebagai raja yang sangat tegas. Ketegasan sang raja ditandai pada suatu ketika armada perang kerajaan mendapati 2 buah kapal perompak berada di perairan kekuasaan Tarumanagara. Pada saat itu, sang raja memerintahkan bala tentaranya untuk memerangi para perompak tersebut. Alhasil, para perompak berhasil dikalahkan diantaranya banyak yang mati kemudian yang tersisa ditawan dipenjara lalu dkemudian di bunuh satu persatu. Demikianlah marahnya sang raja sehingga tak satupun diantara perompak itu yang diberi ampun.

Masa Keruntuhan Kerajaan Tarumanagara
Runtuhnya Kerajaan Tarumanagara adalah ketika kerajaan tersebut diperintah oleh raja ke-13 yaitu Raja Tarusabawa yang merupakan menantu dari Raja sebelumnya Linggawarman. Keruntuhan kerajaan Tarumanagara ini disebabkan karena tidak adanya pemimpin yang bisa menjadi pengayom masyarakat dan paham betul seluk beluk kerajaan.

Dibawah kepemimpinan Raja Tarusabawa, Kerajaan Tarumanagara terpecah menjadi 2 yaitu kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh.  Saat itu pada tahun 670 masehi  Tarusabawa  mengganti nama Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda. Hal tersebut menjadi alasan pendiri Kerajaan Galuh yang bernama Wretikandayun untuk memisahkan diri dari kekuasaan Tursabawa

Selain tidak adanya kepemimpinan yang dimaksudkan, runtuhnya kerajaan ini juga disebabkan karena gempuran kerajaan-kerajaan lain termasuk Kerajaan Majapahit yang memang memiliki andil besar dalam keruntuhan kerajaan Tarumanagara.

Peninggalan Kerajaan Tarumanagara
Sama halnya dengan kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanagara juga memiliki banyak peninggalan sejarah yang sampai sekarang masih banyak diteliti oleh para ahli sejarah. Peninggalan tersebut diantaranya adalah :

1. Prasasti Ciaruteeun
Prasasti yang ditemukan di tepi sungai Ciarunteun dekat dengan sungai Cisadane Bogor ini, memiliki gambar kaki yang disinyalir gambar tersebut merupakan telapak kaki Dewa Wisnu. Prasasti Ciarunteun juga sering disebut sebagai prasati Ciampea. Prasasti ini ditulis menggunakan huruf Pallawa dan bahasa sanskerta 4 baris. Prasasti Ciaruteun ini memiliki makna bahwa sepasang kaki tersebut adalah kekuasaan raja atas daerah serta kedudukan Purnawarman yang dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat.

2. Prasasti Kebon Kopi
Prasasti ini berbentuk bekas dua kaki gajah diidentairawata. Gajah airawata merupakan gajah tunggangan Dewa Wisnu. Prasasti yang ditemukan di Kampung Muara Hilir Kecamatan Cibungbuang ini bertuliskan huruf pallawa dan bahasa sanskerta.

3. Prasasti Tugu
Prasasti tugu adalah salah satu peninggalan Kerajaan Tarumanagara yang ditemukan di Tugu, Kecamatan Clincing, Jakarta Utara. Prasasti ini memiliki 5 baris tulisan yang menggunakan huruf pallawa dan bahasa sanskerta. Prasasti ini pula yang berisi tentang kisah Raja Purnawarman yang memerintahkan penggalian saluran air Gomati dan Chandrabaga.

4. Prasasti Jambu
Prasasti yang ditemukan di bukit Koleangkak Bogor ini adalah prasasti yang berisi tentang sanjungan kebesaran, kegagahan dan keberanian raja Purnawarman. Pada prasasti ini pula terdapat ukiran sepasang telapak kaki dan 2 baris puisi yang menggunakan huruf pallawa dan bahasa sangsekerta.
cagarbudaya.kemdikbud.go.id
5. Prasasti Muara Cianten
Prasasti muara cianten yang ditemukan di Bogor ini merupakan prasasti yang belum dapat terbaca karena pada prasasti ini, menggunakan ukiran aksara ikal yang masih belum dipahami.
cagarbudaya.kemdikbud.go.id
6. Prasasti Cidanghiyang
Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang ditemukan di kampung Lebak, pinggir sungai Cidanghiyang, Pandeglang, Banten pada tahun 1947 ini merupakan prasasti yang ditulis menggunakan huruf pallawa dan bahasa sansekerta. Prasasti ini berisi perihal keagungan Raja Purnawarman, "Inilah tana keperwiraan keagungan dan keberanian yang sesungguh-sungguhnya dari Raja Duni, Yang mulia Purnawarman, yang menjadi sekalian raja”.
cagarbudaya.kemdikbud.go.id
7. Prasasti Pasir Awi
Prasasti pasir awi yang ditemukan di Leuwiliang juga menggunakan aksara ikal seperti prasasti Muara Cianten, sehingga belum dapat dibaca. Pada prasasti pasir awi terdapat pahatan gambar dahan dengan ranting, dedaunan, buah-buahan dan gambar telapak kaki.
kompasiana.com
Demikianlah beberapa informasi mengenai sejarah lengkap Kerajaan Tarumanegara. Semoga dapat menambah wawasan para pembaca yah.


Sumber Riset :
^^https://id.wikipedia.org/wiki/Tarumanagara
^^https://www.romadecade.org/kerajaan-tarumanegara/
^^https://moondoggiesmusic.com/kerajaan-tarumanegara/ 
^^Sumber gambar ada pada caption gambar

Post a Comment for "Sejarah Lengkap Kerajaan Tarumanegara: Pendiri, Kejayaan, Keruntuhan dan Peninggalannya"